Menyoal Perempuan Dengan Alam

Nurunnisa Hafel
(Mahasiswi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ternate) 

Diawali dengan konteks perempuan dalam  berbagai macam prespektif serta versi. Salah satunya adalah didalam konteks Filosofi Kebidanan. Filosofi Kebidanan adalah sebuah keyakinan/pandangan yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberikan sebuah pelayanan dan asuhan. Salah satu point didalam Filosofi Kebidanan adalah “Keyakinan Tentang Perempuan”, yang menjelaskan bahwa perempuan merupakan pribadi yang unik, mempunyai hak untuk mengontrol dirinya sendiri, memiliki kebutuhan, harapan dan keyakinan yang patut dihormati. Perempuan juga merupakan pribadi yang unik karena setiap perempuan tidak sama baik secara fisik, emosional, spiritual, sosial dan budaya.

Menyoal tentang perempuan dengan alam sangatlah sesuai dengan kondisi untuk sekarang ini yang didominasi dengan eksploitasi, keterkaitan perempuan dengan alam yang tentunya tidak dapat dipisahkan baik oleh kondisi yang diberikan oleh alam itu sendiri maupun oleh stereo type tentang tubuh perempuan yang dianggap lebih lemah daripada laki-laki, beberapa pemaknaan inilah yang sering mendominasi  pemikiran-pemikiran yang sifatnya tanpa disadari cenderung melanggengkan patriarchal.

Didalam jurnal Penelitian tentang Ekofeminisme dan peran perempuan dalam lingkungan menjelaskan bahwa ketidak-adilan terhadap perempuan yang selalu dimitoskan dengan alam. Dalam hal ini, perempuan menganggap bumi sebagai seorang Ibu. Yang notabenenya harus diselamatkan dari tangan kapitalis serta dari ancaman yang dilakukan oleh korporasi yang didukung penuh oleh kelembagaan yang disetir langsung oleh pihak oligarki.

Seiring dengan berjalannya waktu serta perkembangan zaman membuat perempuan semakin visioner dengan melahirkan banyak perlawanan kepada pemerintah dalam melindungi lingkungan. Salah satu wanita hebat Indonesia yang berhasil memimpin perjuangan lingkungan hidup di Nusa Tenggara Timur adalah Mama Aleta Baun, dalam kajian Filsafat dan Feminisme beliau mengatakan bahwa “kegiatan sehari-hari perempuan sangat bergantung pada alam, perempuan juga mempunyai hak atas tanah, air, batu, hutan, Dan lainnya. Faktor-faktor ini sangat penting bagi perempuan diNTT, dan jika salah satu faktor hilang maka, perempuan akan terusir dari desa dan tercerabut dari sistem mata pencaharian, oleh sebab Itu mengenai perjuangan untuk lingkungan hidup serta merealisasikannya dengan adat dan juga posisi perempuan dengan adat budaya NTT. Ada juga perempuan hebat lainnya adalah Vhandana Shiva yang berasal dari India dengan Gerakan memeluk pohon kepada perempuan desa sebagai taktik menyelamatkan hutan, aksi yang dilakukan kemudian dinamai dengan CHIPKO yang artinya merangkul atau memeluk.

Tanpa disadari bahwa, perempuan adalah tangan pertama yang bersentuhan dengan sumber daya alam. Karena itulah, perempuan menjadi kelompok yang lebih rentan terhadap risiko dan dampak dari keresahan dilingkungan hidup. Para penjual sayur-sayuran, buah, dan lainnya juga yang mendominasi adalah kalangan perempuan. Hal yang terjadi terkait dengan isu-isu lingkungan hidup secara langsung akan menghilangkan akses dan kontrol perempuan  akibat sumber daya alam yang Ada sudah tidak dapat dikelola lagi.

Misalnya, aktivitas yang sering dilakukan oleh perempuan di daerah-daerah ataupun di pedesaan adalah membuat anyaman dari rotan, daun pandan dan lain-lain. Dan aktivitas yang menjadi khas lainnya adalah upacara adat, gotong-royong, dan pasokan kayu bakar, sudah tidak bisa lagi dilakukan oleh perempuan. Mungkin pola pikir yang mendominasi sekarang adalah kecanggihan zaman yang membawa kita dari tradisional menuju ke era digital. Tapi, perlu kita garis bawahi juga tentang sikap yang cenderung menganut paham yang antroposentrism yang dimana memikirkan pribadi sebagai sosok manusia tanpa memikirkan lingkungan sekitar.

Baca Juga:  Politik (Tak) Berjenis Kelamin Laki-laki

Didalam Kajian Ekofeminisme, sesungguhnya menjelaskan cara pandang dalam menganalisis persoalan lingkungan hidup dengan menggunakan pisau analisis feminis. Disini sebagai feminis menilai akar persoalan, dampak yang ditimbulkan, khususnya spesifik terhadap kelompok yang lebih rentan antara lainnya adalah perempuan. Didalam paham Ekofeminisme ini juga mengaitkan dominasi antara manusia dan hubungannya terhadap lingkungan, yang mengakibatkan penderitaan bagi manusia dalam bentuk kerusakan lingkungan hidup.

Seperti halnya ketika saya menanyakan 0ersoalan perempuan dengan alam kepada mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Ternate periode 2018-2019 Ismawan Din Hatari mengatakan bahwa “Mengeksploitasi Lingkungan sama halnya dengan menghancurkan alat vital seorang perempuan”. Yang artinya antara perempuan dengan alam juga punya keterkaitan yang bahkan tidak dapat di pisahkan. Bahkan predikat untuk indonesia yang dulunya adalah Ibu Kota oksigen ataupun kategori sebagai paru-paru dunia yang selama ini dibanggakan pun perlahan mulai pudar.

Isu-isu lingkungan seolah menjadi hal yang lumrah untuk sekarang ini, ingin mengajak untuk kembali mengingat dengan kebakaran yang terjadi dihutan hujan Kalimantan, eksploitasi besar-besarkan dibeberapa titik wilayah di Indonesia yang dampaknya adalah sebagaian besar adalah perempuan. Jika, analisis dampak soalnya adalah perempuan akan cenderung beralih pekerjaan menjadi buruh dan dapat menjadi penyumbang krkerasan terhadap perempuan semakin meningkat.

Kembali lagi pada sistem yang ada, spesifik ke bagian Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya yang telah memberikan hukum atau legal standing pada tumbuhan dan pepohonan agar yang non-manusia (Alam) bisa tetap berada pada payung hukum. Menempatkan posisi diri terhadap suatu yang non-manusia dan bahkan menganggapnya memiliki suatu jiwa yang mempunyai perasaan sama dengan manusia.

Demikianlah, ini merupakan 1 di antara 1000 teman perempuan lainnya yang bersama-sama dalam menyuarakan soal perempuan dengan alam. Opini yang lahir dari hasil analisa terhadap perubahan serta merupakan salah satu taktik dalam memperjuangkan hak perempuan beserta alam. Dan mengajak kita untuk tidak bermain-main didalam retorika yang pada akhirnya menjadi sebuah jebakan. Melainkan, relasi untuk  implementasi dari opini untuk menjadi serta melahirkan bukti.

Seperti yang dikatakan oleh Hellen Keller Bahwa “Sesuatu itu Ada dan Bisa jika Kita percaya pada harapan dan keyakinan” diperkuat juga kata dari Ali Bin Abi Thalib bahwa “Jadilah seperti bunga yang harum bunganya, sampai kepada tangan yang merusaknya”.

Hidup Perempuan Indonesia
Hidup Rakyat Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *