
HALSEL – Untuk memperkuat Visi dan Misi pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2025-2029 dengan pola pembangunan kewilayahan dengan sistim zonasi, Peneliti dari Institut Pertanian Bogor bersama Pemerintah kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) menggelar seminar awal dimulainya Riset Hirilisasi Hasil Perikanan.
Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Selatan, Helmi Umar Muchsin saat memimpin seminar yang dilaksanakan pada Selasa (09/09/2025) tadi mengatakan, pembangunan kewilayahan dengan sistim zonasi menurut daerah pemilihan dengan penguatan pembangunan pada pusat-pusat kegiatan kecamatan baik dari sisi infrastruktur dan pembangunan sumberdaya manusia serta percepatan akses ekonomi masyarakat akan memberikan dampak yang nyata dalam penguatan pelayanan dasar yang lebih merata dan memadai.
Wabub Helmi berharap dengan Seminar Awal Riset Hilirisasi Hasil Perikanan ini, akan lahir berbagai pemikiran, gagasan, dan data empiris yang mampu memperkuat arah pembangunan Halmahera Selatan sebagai pusat pertumbuhan berbasis maritim.
”Riset ini tidak hanya berhenti pada kajian akademik, tetapi juga harus berlanjut pada implementasi nyata melalui sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat.” kata Wabub Helmi dihadapan Para narasumber dan peneliti dari Institut Pertanian Bogor yang dihadiri oleh Sekretaris Daerah, Para Staf Ahli, Asisten dan Pimpinan OPD di Lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan serta Pelaku Usaha Bidang Perikanan dan Kelautan, peserta seminar berlangsung di ruang rapat Bupati.
Helmi menjelaskan keunggulan Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan yang mana menurut Wabub daerah kepulauan dengan luas wilayah 40,263,72 KM2, yang terdiri dari daratan seluas 8,779,32 KM2 atau 22 persen dan luas lautan sebesar 31,484,40 KM2 atau 78 persen dengan garis pantai yang panjang dan sumber daya perikanan dan kelautan yang sangat melimpah. Potensi ikan cakalang, tuna, udang vaname, hingga rumput laut merupakan aset besar daerah Halsel.
Namun demikian, menurut Wabub Helmi potensi besar ini belum sepenuhnya terkelola secara optimal. Kita masih menghadapi berbagai tantangan, keterbatasan teknologi pengolahan hasil, Sumber Daya Manusia dan akses pasar yang belum maksimal, hingga isu keberlanjutan lingkungan laut dan perairan, Sehingga belum sepenuhnya memberikan nilai tambah dan kesejahteraan bagi masyarakat.
”Selama ini, sebagian besar hasil tangkapan dan budidaya masih dijual dalam bentuk bahan mentah, sehingga nilai ekonominya kurang maksimal Karena itu, kehadiran riset dan kajian ilmiah menjadi fondasi penting dalam merumuskan kebijakan pembangunan hilirisasi hasil perikanan dan kelautan yang tepat sasaran.” jelas Helmi
Dalam Seminar mengawali Riset Hirilisasi Hasil Perikanan Pemerinta Daerah itu, Wabub Helmi mendorong agar riset ini memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah: